A. Latar Belakang
Anak dan Media |
Pengaruh Media terhadap anak semakin besar, teknologi semakin canggih dan jumlahnya semakin tinggi. Dunia anak-anak dan remaja, tumbuh dalam era digital. Media interaktif, bagi anak-anak dan remaja telah mereka kenal sejak mereka lahir. Semenjak video game mulai populer pada tahun 1980an dan perkembangan industri digital menjadi semakin cepat yang didukung dengan semakin populernya internet di kalangan masyarakat.
Padahal banyak orang tua tidak punya waktu yang cukup untuk memperhatikan, mendampingi dan mengawasi anak, misalnya pada waktu menonton TV, bermain dengan handphone, berhadapan dengan komputer dan peralatan digital lainnya. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV, dan bermain playsatation daripada melakukan hal lainnya. Berdasarkan data dari YPMA (Yayasan Pengembangan Media Anak) anak menonton televisi sekitar 3.5 – 5 jam sehari. Anak-anak tidak hanya menonton tayangan yang memang ditunjukan bagi mereka, tetapi juga tayangan yang belum pantas untuk mereka tonton. Kondisi ini terjadi tanpa pengawasan yan ketat dari orangtua.
Media massa, terutama televisi, merupakan sarana yang sangat efektif untuk mentransfer nilai dan pesan yang dapat mempengaruhi khalayak secara luas. Bahkan televisi dapat membuat orang kecanduan. Kini, media audio visual ini telah menjadi narkotika sosial yang paling efisien dan paling bisa diterima. Interaksi masyarakat, terutama anak, terhadap televisi, sangat tinggi. Idealnya seorang anak hanya menonton tayangan televisi sebanyak dua jam sehari. Data pola menonton televisi pada anak-anak menunjukkan bahwa jumlah jam menonton anak-anak melampaui batas jam menonton ideal. Angka 35 jam per minggu, berarti sama dengan 1820 jam per tahun, padahal jam belajar anak sekolah dasar menurut United Nations Education and Culture Organization (UNESCO) tidak melebihi 1000 jam per tahun. Jika melihat perbandingan jumlah jam menonton televisi dengan jumlah jam belajar di sekolah, maka dikuatirkan proses pembentukan pola pikir, karakter, dan perilaku anak justru terbentuk melalui tayangan televisi.
Bagi anak-anak, kegiatan menonton televisi bisa jadi merupakan keharusan. Bahkan, ada anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di depan televisi. Dengan begitu, iklan, tayangan dan tampilan pada mediapun bisa menjadi salah satu model bagi bayi dan anak-anak. Dari waktu ke waktu, banyak sekali kasus mengenai dampak media terutama siaran televisi di Indonesia, misalnya “kasus Smackdown”. Kasus lain adalah keluhan seorang ibu karena anaknya yang berusia 3.5 tahun, bicaranya cadel dan tergagap-gagap. Ternyata anak tersebut meniru karakter dalam sinetron “Si Yoyo”. Sinetron tersebut menampilkan sosok pemuda lugu, yang memiliki perilaku dan pola pikir seperti anak kecil. Terbukti bahwa sinetron tersbut telah menjadi “sihir” bagi anak-anak, sehingga banyak yang meniru karakter si Yoyo.
Ulasan diatas, menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan pengaruh media pada media dan masyarakat, kesadaran tersebut harus dibangun atau di’melek’kan melalui “Pendidikan Literasi Media” atau Media Literacy. Pendidikan literasi Media atau Pendidikan Media, bukanlah sesuatu yang sama sekali baru. Sebagian materi dalam Pendidikan media dibahas dalam pelajaran Bahasa Indoensia dan Ilmu Pengetahuan Sosial, ada juga dalam mata pelajaran lain meski keberadaannya tidak dalam konteks yang utuh seperti yang dimaksud dalam “Pendidikan Literasi Media”.
Materi media sangat penting diberikan kepada peserta didik mengingat peran media, sangat penting dalam kehidupan anak yang begitu besar, baik di kota-kota kecil dan pedesaan, apalagi di kota-kota besar. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan ini adalah memberikan bekal yang cukup bagi para peserta didik agar mereka dapat menggunakan media dengan baik dan benar, sehingga tidak mudah terkendala dampak negatif media. Oleh karena hal-hal yang dipelajari dan isu-isu pembicaraan dalam Pendidikan Literasi Media, adalah sama, misalnya mengenai pembahasan dan penggunaaan media elektronik, materi dan isu yang menjadi bahasan dalam Pendidikan Literasi Media akan terkait dengan bahasan yang sama dalam subyek “Teknologi Informasi dan Komunikasi”, oleh karena iut, Pendidikan Media Literasi adalah bagian dari “Teknologi Informasi dan Komunikasi”. Karena adanya perkembangan dan penggunaan media elektornik yang semakin pesat, maka peranan Pendidikan Literasi Media yang erat kaitannya dengan Teknologi Infornmasi dan Komunikasi menjadi krusial untuk diberikan, sehubungan dengan semakin luas cakupan dan pengaruhnya dengan perkembangan teknologi digital dalam penggunaan peralatan-peralatan informasi dan komunikasi yang terjadi di masyarakat pada masa kini.
B. Penggunan media dalam lingkup anak-anak (jenis)
Di sekeliling masyarakat kini banyak bertaburan jenis media komunikasi yang dengan gampang menghujani setiap individu dengan berbagai ragam informasi, mulai dari televisi, radio, surat kabar, majalah hingga internet, hingga peralatan kokmunikasi seperti ponsel dan komputer, langsung atau tidak, hal ini akan berpengaruh terhadap anak usia dini.
Dewasa ini, tidak ada generasi anak dan remaja yang tidak kenal produk teknologi elektronik dan digital mulai dari TV, radio, ponsel, games, komputer, facebook, e-mail dan lain-lain. Data pola menonton televisi pada anak-anak menunjukkan bahwa jumlah jam menonton anak-anak melampaui batas jam menonton ideal. Misalnya, angka 35 jam per minggu, berarti sama dengan 1820 jam per tahun, padahal jam belajar anak sekolah dasar menurut UNESCO, tidak melebihi 1000 jam per tahun. Jika melihat perbandingan jumlah jam menonton televisi dengan jumlah jam belajar di sekolah, maka dikuatirkan proses pembentukan pola pikir,
Bagi kebanyakan anak-anak, iklan mungkin terlihat lebih menawan daripada acara TV yang biasa disaksikannya, bahkan bisa jadi lebih keren daripada Spongebob, Shaun the Sheep, dan tayangan favorit lainnya. Iklan memang diciptakan sangat menarik terutama bagi anak-anak. Bukan hanya tampilannya yang dibuat sangat indah, sangat mempersona, dan sangt menggoda, melebiihi kenyataannya. Iklan juga biasanya diperkuat dengan jingle dan kata-kata yang “ramah” di telinga, bahkan sangat mudah dihapal, inti dari semua itu, tentu saja iklan diciptakan untuk merayu penonton hingga akhirnya membeli produk yang ditawarkan. Anak-anak adalah sosok yang paling mudah dirayu oleh iklan, dan pemasang iklan sangat menyadari hal ini, iklan produk makanan untuk anak paling banyak berserakan di TV, misalnya iklan snack untuk anak. Iklan di TV sangat mempengaruhi apa yang dimakan oleh anak berusia di bawah 12 tahun.
Bagi orangtua HP atau ponsel adalah bentuk untuk menjaga komunikasi
dengan anak, dengan segala pertimbangan bahwa alat ini akan sangat membantu orangtua memantau anak di saat genting. Tapi, sebenarnya apa pentingnya HP bagi anak-anak ? Bagi kebanyakan anak, HP dengan segala fiturnya adalah bukti eksistensi bukti eksistensi mereka dalam pergaulan (baca : gengsi). Tipe, merk, dan fitur HP kerapkali jadi pembicaraan sendiri di kalangan anak-anak. Terkadang sangt penting bagi merke dilihat sebagai orang pertama yang memiliki HP keluaran terbaru dengan harga selangit, tanpa memikirkan apa yang bisa mereka lakukan denga alat tersebut. Kebanyakan anak menggunakan HP untuk berkirim sms, menelpon teman dan memotret. Sebagian kecil menggunakan HP untuk bermain game, merekam kejadian, berkirim MMS, dan menelpon orangtuanya. Koneksi internet, dalam HP memungkinkan anak untuk meng-unggah hasil jepretan kamera ponselnya, browsing, mengunduh gambar dan video, dan mengobrol dengan siapa saja dan dimana saja, termasuk dengan orang yang ditemui di chat room. Efek negatif media HP pada anak antara lain, adalah radiasi, pedofilia, dan bullying.
Ada sebuah kebiasaan dan kecanduan baru yang efeknya anak jadi mengabaikan teman, keluarga, bahkan lupa makan, lupa mandi. Kebiasaan itu tidak terkait dengan alkohol dan narkotika, ini adalah dampak kecanduan bermain playstation dan games on line atau video game. Para pakar psikologi menyatakan kekhawatiran mereka terhadap efek yang ditimbulkan dari kebiasaan sejumlah anak yang sangat gemar bermain playstations, video games dan games online. Akibat kecanduan playstation, video games dan games on line, harus segera diatasi karena mengakibatkan penyakit kejiwaan yang cukup parah. Para pakar media mengatakan, “cukup’ untuk permainan-permainan tersebut diatas, karena permainan itu sudah menjadi candu layaknya seseorang terikat dengan narkoba. Penyakit ketergantungan dan kecanduan berat seperti itu menurut mereka akan menjadi pintu berbagai penyakit jiwa yang lainnya.
Facebook(fb), merupakan situs pertemanan yang paling populer. Popularitas facebook memang luar biasa. Data terakhir dari Common Sense Media Team menunjukkan pengguna aktif fb di dunia per Agustus 2009 mencapai 250 juta orang. (Kidia, Unicef, Panduan Media Anak, No. 22, Oktober-November 2009). Fb berhasil menembak salah satu sifat manusia yang paling hakiki : kehendak untuk menghubungkan diri dengan orang lain atau untuk berkomunikasi. Program ini juga memenuhi kehendak orang untuk bersosialisasi dan untuk eksistensi diri (dalam bahasa gaul anak muda sekarang, untuk narsis).
Demam FB, tidak hanya melanda orang dewasa, anak-anak yang biasanya lebih dulu dan jauh lebih jago! Memanfaatkan internet ketimbang orangtuanya juga menyerbu fb untuk memperluas dan mempererat jaringan pertemanan. Selain fb, yang sangat populer, anak juga mencebur dalam situs jaringan pertemanan seperti Twiiter, Plurk, dan sebagainya.
Perkembangan industri elektronik dan digital yang sangat cepat itu menjadi tantangan berat bagi dunia pendidikan dan orangtua dalam menyiapkan anakdidik untuk dapat menghadapi “banjir informasi”, yang dibawa oleh media digital melalui beraneka ragam bentuk dan format. Tanpa ada penyiapan yang sistematis dan sungguh-sungguh, maka bisa diperkirakan bahwa anak-anak dan remaja akan menjadi korban dari perkembangan teknologi media yang didominasi dengan hiburan yang cenderung tidak sehat dengan muatan bisnis yang kental.
Setidaknya ada 3 hal penting yang perlu disimak dalam menelaah interaksi antara anak dengan media televisi. Pertama, intervensi media terhadap kehidupan anak akan makin bertambah besar dengan intensitas yang semakin tinggi. Pada saat budaya baca belum terbentuk, budaya menonton televisi sudah sangat kuat. Kedua, kehadiran orangtua dalam mendampingi kehidupan anak sehari-hari akan semakin berkurang akibat pada hidup masyarakat modern yang menuntut aktivitas di luar rumah. Ketiga, persaingan bisnis yang makin ketat antara media dalam merebut perhatian khalayak termasuk anak-anak telah mengabaikan tanggungjawab sosiall, moral dan etika, sertta pelanggaran hak-hak konsumen. Hal ini dperparah dengan sangat lemahnya regulasi di bidang penyiaran. Paparan di atas mensyaratkan bahwa Pedidikan Literasi Media sangat dibutuhkan dan krusial untuk mendidik anak lebih mawas dan selektif dalam memilih dan menggunakan program media elektronik dan media.
C. Dampak Media Pada Anak
Memang, di satu sisi, tak dapat dipungkiri bahwa penyebaran informasi melalui media telah membentuk pengetahuan dan pendapat manusia mengenai berbagai peristiwa atau hal yang menyangkut kehidupan. Namun, media juga membawa pengaruh negative. Berikut beberapa pengaruh negative dan positif dari beberapa media (Guntarto, 2010):
1. Televisi
Pada masa kini TV adalah medium yang paling banyak digunakan. Televisi adalah medium sehari-hari kebanyaan orang. Di antara berbagai media massa, televisi dianggap yang paling berpengaruh. Fungsi siaran TV sebagai hiburan jauh lebih menonjol dibanding dengan fungsi yang seharusnya bisa diperankan berupa informasi dan edukasi.
Penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah jam menonton TV pada anak-anak usia SD berkisar antara 30-35 jam seminggu (sekitar 4,5 jam sehari). Belum lagi, angka ini masih ditambah dengan sekitar 10 jam untuk bermain video game. Ini adalah jumlah waktu yang terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat bagi anak. Padahal, batas maksimal yang diperbolehkan ahli adalah: anak menonton maksimal 2 jam/hari. Mari kita bandingkan waktu menonton TV dengan bersekolah.
Menonton TV
|
bersekolah
|
Sehari sekitar 4,5 jam
Seminggu = 30-35 jam
Setahun = 1.600 jam
|
Sehari = 3-5 jam
Seminggu = 18-30 jam
Setahun = 740 jam (220 hari belajar efektif)
|
2. Film VCD/DVD
Anak-anak mudah mendapatkan film VCD/DVD di pasaran. Selain itu, harganya pun murah. Rental film VCD/DVD bertebaran di mana-mana. Masalahnya adalah, film yang beredar banyak sekali yang tidak sehat untuk dikonsumsi anak, karena mengandung seks dan kekerasan. Orangtua banyak sekali yang tidak mengontrol konsumsi film oleh anaknya. Kadang, menonton film VCD/DVD di rumah dilakukan secara berkelompok. Potensi anak untuk menonton film-film dewasa yang belum pantas ditontonnya pun menjadi besar, apalagi karena tiadanya kontrol, pengawasan atau seleksi film oleh orang tua. Para orangtua sebaiknya mengetahui kekurangan dan kelebihan antara film bisokop dan film VCD/DVD yang bisa ditonton di rumah. Dengan mengetahui hal ini, orangtua bisa mengontrol konsumsi film anak-anaknya.
3. Komik
Jenis komik yang banyak diminati anak adalah komik jepang yang berisi muatan kekerasan dan banyak mengandung seks. Sebenarnya banyak di antara komik Jepang tersebut yang bukan diperuntukkan untuk anak, tetapi untuk remaja bahkan dewasa (karena demikian banyak unsur seks yang ditampilkannya). Tetapi, karena tampilannya komik, anak-anak pun banyak mengkonsumsinya. Apalagi, orangtua juga seringkali tidak mengontrol atau menyeleksi komik yang dibaca anak. Banyak orangtua mengira, karena bentuknya komik maka itu adalah bacaan anak.
4. Video game
Video game (baik yang muatannya sehat maupun sehat) dapat juga membawa dampak buruk karena permainan ini sangat berpotensi mengucilkan anak-anak dari lingkungan sosialnya. Permainan elektronik ini sangat menghambat anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Mereka hanya bermain sendirian. Interaksi dilakukan hanya dengan tokoh-tokoh maya yang pada tingkat tertentu dapat mereka kendalikan dan mereka prediksi perilakunya.
Potensi dampak buruk ini makin besar karena permainan elektronik ini dapat membuat kecanduan. Permainan ini sangat menarik pemainnya untuk bermain lagi, lagi, dan lagi. Hormon adrenalin yang berpacu mengiringi permainan ini membuat orang menjadi ketagihan.
5. Handphone
Anak-anak kini banyak yang menggunakan handphone. Media yang satu ini makin lama makin menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Masalahnya, alat komunikasi ini tidak hanya digunakan untuk menelepon atau SMS, tetapi juga alat ini memungkinkan untuk mengirim pesan (teks & gambar) yang berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi anak (materi-materi dewasa dan terkait seksualitas).
Penelitian YPMA tahun 2006 menunjukkan bahwa kebanyakan anak menggunakan HP-nya untuk berkirim SMS, menelepon teman, dan memotret. Sebagian kecil lainnya menggunakan HP untuk bermain game, merekam kejadian, berkirim gambar via MMS. Sayangnya hanya sedikit sekali anak yang menggunakan HP-nya untuk menelepon orangtua.
6. Internet
Internet juga mempunyai dua wajah, yaitu wajah positif dan negatif. Salah satu wajah negatif internet yang paling banyak disebut adalah pornografi.
Anak dapat mengakses situs porno dengan dua cara: sengaja maupun tidak sengaja. Akses secara tak sengaja terjadi bila anak mengetik kata kunci yang kebetulan sama dengan kata kunci yang digunakan oleh pengelola situs porno. Untuk menaikkan lalu lintas pengunjung, pengelola situs porno menggunakan kata kunci yang sifatnya umum, misalnya: dog, kuda, perempuan, borgol, dan lainnya.
Beberapa dampak pornografi terjadi secara bertahap:
1. Adiksi (kecanduan)
2. Eskalasi (meningkat)
3. Desensitisasi (penumpulan kepekaan)
4. Act-out (berbuat)
Efek pertama yang timbul adalah kecanduan (addiction). Sekali seseorang menyukai materi cabul, terjadi ketagihan. Ini bahkan dapat terjadi pada pria berpendidikan atau pemeluk agama yang taat. Yang kedua adalah efek eskalasi. Akibatnya, seseorang akan lebih membutuhkan materi seksual yang lebih eksplisit, lebih devian. Efek kecanduan dan eskalasi menyebabkan tumbuhnya peningkatan permintaan terhadap pornografi. Akibatnya, kadar “kepornoan” dan ”keeksplisitan” produk juga meningkat. Ketiga, timbul efek desentization. Pada tahap ini, materi yang tabu, immoral, mengejutkan, pelan-pelan akan menjadi sesuatu yang biasa. Pengguna pornografi bahkan menjadi cenderung tidak sensitif terhadap korban kekerasan seksual. Keempat, efek act-out, yakni orang melakukan hubungan seks setelah mengekspos materi-materi pornografi.
Selain dampak-dampak diatas terdapat pula dampak negative pada anak, antara lain:
1. Anak-anak dapat menggunakan perangkat lunak pendidikan seperti program-program pengetahuan dasar membaca, berhitung., sejarah, geografi dsb. Perangkat pendidikan saat ini diramu dengan unsur hiburan yang sesuai dengan materi sehingga pembelajaran semakin menarik.
2. Dapat menjadi solusi pra orangtua yang memiliki anak mudah bosan untuk belajar.
3. Dapat menambah wawasan
D. Pendidikan Literasi Media
Berbicara tentang Literasi Media maka hal pertama yang harus dipahami adalah mengenai konsep Literasi Media (Media Literacy), ada beberapa definisi yang bisa dicermati seperti menurut Potter merupakan “Sebuah perspekif yang digunakan secara aktif ketika individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh media”. Sedangkan Tallim mengatakan sebagai “Kemampuan untuk menganalisis pesan media yang menerpanya, baik yang bersifat informatif maupun yang menghibur”. Menurut Gamble & Gamble “Kemampuan untuk menginterpretasikan makna dan efek positif dan negatif dari pesan media yang kita temukan daripada hanya menerima begitu saja gambaran2 yang ditampilkan media tersebut”. Satu lagi dari National Leadership on Media Literacy dikatakan literasi media adalah “Kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan isi pesan melalui media”. Dari semua konsep itu dapat disimpulkan bahwa Literasi Media merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang di dalam interaksinya dengan media dimana ia dapat secara aktif mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan juga mengkomunikasi isi pesan yang disampaikan oleh media tersebut.
Jika membaca sejarah perkembangan dari Literasi Media ini maka hal ini diawali di tahun 1930 di Inggris sebagai Negara pertama yang memunculkan isu mengenai Media Literacy sebagai paradigma baru untuk merubah pemikiran dari meyakinkan banyak orang bahwa budaya popular itu merusak kepada sikap bekerjasama untuk memahami budaya popular itu sendiri. Setelah itu di Kanada juga mengembangkan konsep tersebut di tahun 1960 an karena merasa terancam dengan budaya pop Amerika Serikat. Jauh setelah itu tahuan 2002 baru Indonesia mencoba untuk memahami hal tersebut dari gerakan dan peminatan lembaga swadaya masyarakat.
Ada 5 Konsep Kunci yang harus dipahami dari pesan media yaitu:
- Semua pesan media dikontruksikan oleh si penerima pesan.
- Pesan media dikontruksikan dengan menggunakan bahasa kreatif dengan aturan yang dibuatnya sendiri.
- Pesan yang sama bisa dimaknai berbeda, oleh orang yang berbeda karena banyak hal yang mempengaruhi pemahaman seseorang akan pesan tadi.
- Media mempunyai nilai dan sudut pandang sendiri yang mungkin berbeda dengan orang kebanyakan.
- Umumnya pesan media diorganisasikan sedemikian sehingga si pembuat pesan mendapat profit dan atau kekuasaan tertentu.
Pertanyaan berikut yang mengiringi adalah Mengapa Pendidikan Literasi Media penting? Hal ini dapat kita lihat dari uraian di pendahuluan makalah ini, namun secara ringkas dapat diungkapkan kembali yaitu Perkembangan media sangat luar biasa cepatnya dengan penetrasi yang sangat tinggi sehingga manusia seakan-akan jadi tenggelam dalam banjir media; Regulasi media yang lambat serta penegakan regulasi yang lemah sehingga masyarakat seringkali berada pada posisi tidak berdaya ketika “bermasalah” dengan media; Isi media sangat dipengaruhi oleh kekuatan pasar yang komersil dan tidak memikirkan aspek edukasi, kepentingan komersial menjadi tujuan utama ketimbang kepentingan pendidikan.
Dengan demikian setiap orang perlu memahami ‘bahasa’ yang digunakan oleh setiap jenis media yang diaksesnya. Penggambarannya, penulisannya, penceritaannya harus dimengerti. Perhatikan ilustrasi ini, ketika Pendidikan Literasi Media diajarkan di SD maka anak akan memiliki pemahaman kritis ttg bagaimana media bekerja, bagaimana isi media diproduksi, ttg aspek bisnis media, bagaimana realitas ditampilkan di media, bagaimana media mempengaruhi khalayak; dengan pengetahuan tentang hal ini membuat anak menjadi tidak mudah terpengaruh oleh isi media, menjadi kritis, bisa menggunakan media dengan benar, dalam usia muda dengan demikian anak dapat dikatakan sebagai anak yang sudah memiliki Literasi media (media-literate).
Seseorang yang mampu untuk kritis terhadap bermedia artinya: ia akan mampu untuk memahami dan mengapresiasi isi pesan yang dikonsumsinya, dengan demikian ia akan dapat menyeleksi jenis dan isi media yang dikonsumsi. Dengan menyeleksi jenis dan isi media maka orang tidak akan mudah terkena dampak negatif dan ia dapat mengambil manfaat dari isi media yang dikonsumsi, serta Dapat mengatur kapan waktu mengkonsumsi media dan membatasi jumlah jamnya.
Kembali mengacu pada defisini Media Literasi maka Orang yang sudah memiliki Literasi media maka ia akan mempunyai kemampuan untuk:
- Mengakses
Kemampuan mengakses ini akan mendorong seseorang untuk mengumpulkan informasi yang berguna secara efektif. - Menganalisa
Kemampuan menganalisa dapat membantu seseorang menjelaskan bentuk pesan, struktur, segmen, dampak, dan lain sebagainya. - Mengevaluasi
Kemampuan mengevaluasi membantu seseorang menghubungkan pesan media dengan pengalamannya sendiri, menentukan bagaimana kualitas atau relevansinya dengan kehidupan. Kemampuan ini membuat orang bisa menghargai pesan media, mengapresiasi, dan menginterpretasi. Dalam mengevaluasi, bisa berdasarkan isi atau bentuk pesan media. Setelah mengevaluasi, hasilnya disampaikan secara lisan, cetak, atau elektronik - Memproduksi
Maksudnya adalah seseorang mampu menkonstruksi pesan atau ide dengan kata-kata, suara, atau imej secara efektif. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
E. Implementasi pendidikan literasi media pada pendidikan anak usia dini
Anak sejak usia dini sudah terpajan oleh berbagai media yang sudah sangat deras dan tidak bisa terbendung lagi , sehingga Pendidikan literasi Media sudah harus dikenalkan kepada anak-anak sejak usia dini, saat ini Pendidikan literasi media baru dikenalkan di tingkat sekolah dasar oleh beberapa lembaga swadaya masyarakat di Indonesia, tetapi sepertinya hal ini sudahlah sangat terlambat. Sudah terlalu banyak resiko yang harus diterima oleh anak-anak akibat dari pengaksesan terhadap media yang sembarangan.
Untuk mengantisipasi hal ini maka perlu dilakukan berbagai cara. Berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan pendidikan literasi media pada anak usia dini.
Pertama-tama pendidik harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini maksudnya agar kelak dapat memilih strategi yang tepat. Prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini meliputi:
- Penyediaan suasana yang menyenangkan
- Anak diberi kesempatan untuk melakukan sendiri sehingga ia dapat memahami sesuatu
- Seluruh panca inderanya harus dilibatkan ketika ia belajar sesuatu
- Cara belajar aktif dan holistik
- Melakukan secara berulang-ulang dan teratur
- Memperhatikan dan menyesuaikan dengan tahapan perkembangan anak
Setelah prinsip-prinsip dipahami maka pendidik mulai menyediakan media pembelajaran dan program pembelajaran yang terkait dengan pendidikan literasi media dan sesuai kaidah-kaidah pembelajaran anak usia dini.
Saat melaksanakan program pembelajaran pendidikan literasi media maka pendidik dapat menggunakan strategi pembelajaran yang terintegrasi maupun mandiri. Namun bagi anak usia dini pendidikan literasi media sangatlah tepat jika dilakukan secara mandiri. Pendidikan literasi media bisa dijadikan tema pembelajaran tersendiri dan dielaborasi dalam berbagai kegiatan yang sangat beragam.
Setelah dilaksanakan tentunya seorang pendidik harus melakukan evaluasi terhadap program pembelajaran tersebut. Pendidik harus bisa melihat apakah program pembelajaran yang dilakukan itu sudah tepat atau belum, sudahkah memberikan dampak yang bermakna bagi peserta didik?
Langkah-langkah diatas tentunya bukanlah suatu pekerjaan yang asing bagi seorang pendidik, tetapi yang menjadi “asing” adalah isi pembelajarannya. Oleh karena itu pendidik harus memiliki bekal pengetahuan yang memadai untuk pendidikan literasi media, selain itu pelibatan orangtuapun menjadi kunci lain yang penting keberhasil pendidikan literasi media bagi anak usia dini.
E. Tips perlindungan anak dari pengaruh negative media.
1. Mendampingi anak dalam menggunakan media
2. Jadilah sahabat anak dalam mencerna isi media
3. Menggunakan media di lokasi terbuka/umum
4. Buatlah aturan yang bijaksana dalam memanfaatkan media
5. Ajarkan mereka untuk melindungi privasi saat online
6. Menggunakan Parental Lock Salah satu langkah antisipasi untuk menangkal materi negatif tersebut adalah dengan menginstal software pengaman di komputer untuk meminimalisir dampak negatif internet
7. Melakukan setting mesin kendali pada ISP:s
-Internet Explorer: program Content Advisor bisa Anda jumpai di Tools>Internet Options>Content. (penyaringan bahasa, seks dan kekerasan yang ada di internet.
8. Melakukan setting mesin pencari anda safesearch di internet
Search engine (mesin pencari) seperti Google menawarkan penyaringan yang bisa diklik di Preferences/SafeSearch Filtering. Saat ia diaktifkan, ia mampu memblokir situs yang memuat konten seksual.
9. Kenali situs yang aman dan bermanfaat untuk usianya serta jika perlu download sofware dan dibuka secara offline.
10. Ajari anak untuk membuat kreatifitas; menulis puisi, artikel, cerita, menggambar lalu pandu anak untuk bisa meng-upload hasil karya mereka ke situs anak yang dapat menamung aspirasi mereka, atau jika mungkin dibuatkan situs sendiri atau yang lebih sederhana weblog, tentu saja dengan syarat akses cara masuk lebih banya anda miliki
11. Beri anak semacam tantangan untuk membuat penelitian, misalnya, yang sumbernya mesti didapat dari browsing di internet, tetap lakukan pendampingan saat mereka mecari data.
12. Yang sangat penting adalah, berbagai macam software yang tersedia tidaklah menggantikan peran orang-tua, guru ataupun komunitas dalam memberikan keamanan dan kenyamanan anak selama ber-Internet.
Beberapa Alat Bantu software pengaman/tangkal negatif internet
1. K9 Web Protection: software parental:filter, monitor dan penjadwalan
Fungsi:
a. mencegah anak sengaja atau tidak sengaja membukan dan/atau melihat berbagai gambar yang tak layak (pornografi, sadisme, dan sebagainya) yang terdapat di situs Internet.
b. memudahkan orang tua ataupun pengasuh untuk memonitor aktifitas anak selama online dengan berbagai variasi metode pengawasan.
c. membatasi jumlah/durasi waktu anak dalam menggunakan Internet. Termasuk untuk pengaturan hari dan jam tertentu sehingga komputer dapat atau tidak dapat digunakan oleh anak untuk ber-Internet. (www.k9webprotection.com)
2. Software Anti-Virus
Fungsi: mencegah agar program jahat perusak data semisal virus, worm dan trojan horse bercokol dan berkembang-biak di komputer kita. Contoh software: AVG anti-virus (www.grisoft.com)
3. DNS Nawala
Fungsi: memblokir/memfilter (self-censorship) komputer di sekolah, warnet, kantor ataupun rumah, maka gunakanlah DNS Nawala Project (www.nawala.org). Nawala Project sebuah layanan yang bebas digunakan oleh pengguna internet yang membutuhkan saringan konten negatif.
4. Telusur aman (safe search google)
Fungsi: Memfilter situs/gambar
5.www.netnanny.com: parental lock
6.www.cyberpatrol.com: parental lock
7. www.kidshield.com: parental lock
8.www.SafeKids.com: parental lock
F. Kesimpulan
1. Pertumbuhan dan perkembangan media saat ini mengalami proses pesat yang sekaligus memberikan pengaruh dalam kehidupan masyarakat, baik positif maupun negatif.
2. Media yang saat ini memberi pengaruh antara lain: televisi, VCD, video game, komik, internet, handphone, jejaring sosial, dan sebagainya.
3. Pendidikan media merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang di dalam interaksinya dengan media dimana ia dapat secara aktif mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan juga mengkomunikasi isi pesan yang disampaikan oleh media
4. Pendidikan media menjadi sesuatu yang penting dan perlu dipahami oleh semua praktisi pendidikan dan orang tua, khususnya memahami dan menggunakan media yang tepat untuk anak usia dini.
5. Pentingnya dipahami pedoman-pedoman pengamanan pengaruh negatif media, serta beberapa alat bantu yang bisa digunakan oleh orang tua dan guru.
Daftar Pustaka
Acep Syaripudin, dkk. Internet Sehat, Pedoman Ber-Internet Yang Aman, Nyaman dan betanggung jawab. www.internetsehat.org. Diakses tanggl 4 Februari 2012
Direktorat PAUDNI. 2009. Pengaruh Media. Jakarta: DIKNAS.
UNICEF-Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA). Mendampingi Anak Menjelajahi Dunia Internet. Jakarta: YPMA-Kidia. 2006
Guntarto, B. 2010. Bahan Ajar Pendidikan Media Untuk Guru. Jakarta. YPMA. 2010.
Rahmitha P Soendjodjo. Mengajarkan Pendidikan Media Kepaada Anak Usia Dini. Jakarta: Majalah Kidia, No: 24 edisi Februari-April 2010.
UNICEF-Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA). Pendidikan Media Untuk Anak Sekolah Dasar . Jakarta: YPMA-Kidia. 2007
YPMA. Anak dan Handphone. Jakarta: Majalah Kidia, No: 21 edisi Agustus-September 2019.
YPMA. Rayuan Iklan TV Pada Anak.. Jakarta: Majalah Kidia, No: 24 edisi Februari 2010.
YPMA. Facebook Sahabat Bagi Anak?. Jakarta: Majalah Kidia, No: 22 edisi Oktober-November 2009.
Dipresentasikan pada Seminar TIKDP PAUD PPs UNJ 7-2-2012
Dipresentasikan pada Seminar TIKDP PAUD PPs UNJ 7-2-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar