Otak yang selalu bekerja |
I. PENDAHULUAN
Pendekatan pembelajaran di dalam psikologi
pendidikan mengalami proses perkembangan yang cukup panjang dan menarik untuk
dikaji. Perkembangan tersebut
menunjukkan tahap proses berfikir para pakar di dunia psikolgi khususnya
psikologi pendidikan dalam upaya pengembangan pendekatan baru baik yang
disengaja ataupun secara tidak disengaja.
Terdapat tiga pendekatan psikologi yang dikenal di
dalam pembelajaran, yaitu pendekatan behavioristik, pendekatan kognitivisme dan
pendekatan konstruktifisme.
Masing-masing pendekatan memiliki berbagai asumsi dan teknik
tersendiri. Ketiga-tiganya bermanfaat
dalam setiap kegiatan pembelajaran antara guru dengan siswa. Penggunaannya tentu saja disesuaikan dengan
kebutuhan dan gaya belajar siswa
Pada makalah yang akan dibahas adalah pendekatan
kognitifisme, dengan beberapa sub pokok
bahasan, yaitu:
1. Pendekatan kognotovisme dalam pembelajaran
2. Hakikat kognitifisme
3.
Berbagai teori kognitivisme (Piaget,
Burner, Ausuvel, Bloom, Gestal)
4. Proses pengolahan informasi
5. Aplikasi kognitifisme dalam pembelajaran
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
untuk memberikan pemahaman tentang pendekatan kognitifisme dalam pembelajaran
serta beberapa wawasan yang terkait dengan aliran kognitifisme
II. PEMBAHASAN
A. Hakikat Kognitifisme
Tidak seperti model belajar behavioristik yang
mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, pendekatan
belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perseptual. Model belajar
kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian
dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi
situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan
mempelajarinya secara terpisah–pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merpakan
suatu proses integral yang mencakupi ingatan, retensi, pengolahan informasi,
emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang
melibatkan poses berfikir yang sangat kompleks.
Proses belajar terjadi antara lain mencakup
pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif
yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan
pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam
rumusan-rumusan seperti para pakar antara lain: teori tahap-tahap perkembangan
(Piaget), pemahman konsep (Burner), advance organixer (Ausubel), (Bloom), dan
(Gestal).
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir
sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.
Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses
infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang
telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses
B. Berbagai Teori Kognitivisme
Piaget |
1. Piaget
: Teori Perkembangan Kognitif
Menurut Santrock (2008), perkembangan adalah perubahan
pola biologis, kognitif dan sosioemosional yang dimulai dari masa konsepsi dan
terus berlangsung sepanjang hidup. Perkembangan dinyatakan dalam istilah
periode/tahapan. Pola perkembangan anak begitu kompleks karena melibatkan
proses-proses biologis, kognitif dan sosioemosional tadi. Proses kognitif
melibatkan perubahan dalam berpikir, intelegensi dan bahasa anak
Kognitif merupakan teori yang berdasarkan proses berpikir
di belakang perilaku. Perubahan perilaku diamati dan digunakan sebagai
indikator terhadap apa yang terjadi dalam otak peserta didik. Gagasan utama
teori kognitif adalah perwakilan mental, semua gagasan dan citraan (image)
seseorang diwakili dalam struktur mental yang disebut skema. Skema akan
menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima akan dipahami seseorang .
Jika informasi sesuai dengan skema yang ada, maka peserta didik akan menyerap
informasi tersebut ke dalam skema ini. Seandainya tidak sesuai dengan skema
yang ada, informasi akan ditolak atau diubah, atau disesuaikan dengan skema,
atau skema yang akan diubah dan disesuaikan.
Penganut teori kognitif mengakui bahwa belajar
melibatkan penggabungan-penggabungan yang dibangun melalui keterkaitan atau
penguatan. Mereka juga mengakui pentingnya penguatan (reinforcement) walaupun
lebih menekankan pada pemberian balikan (feedback) pada tanggapan yang benar
dalam perannya sebagai pendorong (motivator). Walaupun menerima sebagian konsep
dari behavioris, para penganut teori kognitif memandang belajar sebagai
perbuatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif di mana seseorang
memproses dan menyimpan informasi.
Dalam
teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari
fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog
developmental karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta
perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental
memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan
intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain,
daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula
secara kualitatif. Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak
menjadi empat tahap:
Tahap
sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi
yang masih sederhana.
Tahap
pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya simbol
atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada
kesan yang agak abstrak.
Tahap
concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini
dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan
logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
Tahap
formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah
mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir kemungkinan.
Piaget
juga mengemukakan teori mengenai proses kognitif, terkait adaptasi seseorang
dengan lingkungannya yang berlangsung simultan yang dikenal dengan proses
kognitif. Menurut Piaget, proses kognitif ketika anak mengkontruksi
pengetahuannya melibatkan skema, asimilasi dan akomodasi, organisasi dan
ekuilibrium.
Menurut
Piaget, skema adalah kegiatan atau representasi mental dalam menyusun
pengetahuan; skema atau skemata dalam bentuk jamak adalah struktur pengetahuan
yang disimpan dalam ingatan. dijelaskan bahwa skema adalah sistem tindakan atau
pikiran yang terorganisasi yang memungkinkan kita untuk mepresentasikan secara
mental atau memikirkan tentang berbagai objek dan kejadian di dunia.
Skema
bisa sangat kecil dan spesifik misalnya skema mengenali setangkai mawar atau
skema yang lebih besar dan umum misalnya skema mengkategorikan tanaman.
Asimilasi
adalah proses kognitif yang mencocokkan informasi yang diterima dengan
informasi yang telah ada dalam struktur pengetahuan (skema). Sedangkan akomodasi
adalah proses yang terjadi dalam menggunakan informasi yang telah ada untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Jika pada suatu hal apabila informasi yang
ada tidak dapat digunakan untuk memecahkan masalah, lalu individu akan mencari
cara lain untuk memecahkan masalah. Proses yang terakhir dikenal dengan nama ekuilibrium,
agar seseorang dapat terus mengembangkan dan
menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini
dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya.
Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju
equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.Teori Piaget juga
menjelaskan mengenai pengorganisasian, yaitu mengelompokkan
perilaku dan berpikir melalui tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Pengorganisasian secara kognitif ini diperlukan seseorang untuk bisa
memahami dunia sekitar.
-
perkembangan
anak itu berlangsung gradual tidak terjadi tiba-tiba. Selain itu kadang ada
anak yang kemampuannya melebihi batasan usia itu ada yang memang lebih cepat
dalam aspek-aspek tertentu.
-
Ada juga
yang berpendapat bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan kognisi pada
anak-anak kecil.
-
Piaget
juga dikritik bahwa anak-anak dan orang dewasa juga seringkali berpikir dengan
cara-cara yang tidak konsisten dengan gagasan tahap-tahap yang tidak
bervariasi.
-
Piaget
dianggap tidak melihat faktor-faktor kultural dalam perkembangan anak.
Jerome Bruner |
2. Bruner : Teori Belajar Penemuan
Bruner menegaskan teori pembelajaran
secara penemuan yaitu mengolah apa
yang diketahui pelajar itu kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada
prinsip konstruktivisme). Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi
melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan
bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan
meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Dalam teori belajarnya Bruner
berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa
dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu.
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan
hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui
berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka
dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang
mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan
menunjukkan beberapa kebaikan, antara lain:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat
diingat.
2. Hasil
belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3. Secara
menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berfikir secara bebas.
Belajar sebagai Proses
Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa
belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses
itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3)
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang
dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa sehingga
berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam
transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi
menyangkut cara memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau
dengan mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang dewasa
melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk
menyatakan kemampuannya secara
sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara
penyajian. Ketiga cara itu ialah: cara enaktif,
cara ikonik dan cara simbolik.
Cara
penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan
cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan
pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian
yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif
mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik
didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan
gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan
sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik
menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan
seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan daripada objek-objek,
memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga
cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya
dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu
dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh
kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat
menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran.
Bayangan timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku
pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa
tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan
menggunakan Hukum Newton tentang momen.
Ciri khas Teori Bruner dan
perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner mempunyai ciri
khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang belajar dengan menemukan
konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner banyak menuntut
pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut kurikulum
spiral kurikulum. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk
memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang
kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul
kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks.
Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan
secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa
seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang
dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan
ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada
merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada
konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.
David Ausebel |
C. Ausebel: Teori Belajar Bermakna
Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel
adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna. Pengertian belajar
bermakna Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : Belajar bermakna (meaningful
learning) dan belajar menghafal (rote learning).
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di
mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai
seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa
berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca
tanpa makna. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh perhatian besar
pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada
unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning).
Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari
informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh
karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai belajar
bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar siswa menghasilkan
sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri semuanya. Dalam hal
ini guru bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa
yang perlu dipelajari oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah
menguasai yang disampaikan gurunya.
Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful
learning) yang dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan
dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki
peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya
dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Belajar seharusnya merupakan apa
yang disebut asimilasi bermakna, materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya. Untuk itu
diperlukan dua persyaratan :
- Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
- Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasi memegang
peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan
materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan
bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi
tidak dipelajari secara hafalan.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar
terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh
siswa. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery
learning) lebih bermakna dari pada kegiatan belajar penerimaan (reception
learning). Sehingga dengan ceramah pun, asalkan informasinya bermakna bagi
peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar yang
baik.
Benjamin S Bloom |
d. Bloom: Teori
Taksonomi
Benjamin S. Bloom menjelaskan
tujuan pendidikan merujuk pada taksonomi.
Tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa tiga domain dan setiap domain
tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan
hirarkinya. Domain dimaksud adalah:
1.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.
2 Affective Domain (Ranah Afektif)
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor
Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang,
dan mengoperasikan mesin.
Taxonomi Bloom |
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi
beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat),
mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling
kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga
tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif,
untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan
“pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Bloom mengklasifikasi lebih lanjut ranah kognitif
menjadi 6 tingkatan hirarkhis, dan tiap-tiap klasifikasi dikembangkan lagi
menjadi bagian-bagian klasifikasi yang lebih khusus. Semua klasifikasi diurut
secara hirarkhis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Keenam
klasifikasi ranah kognitif Bloom adalah sebagai berikut: 1. pengetahuan, 2.
pemahaman, 3. penerapan, 4. analisis, 5. sintesis, 6. penilaian. Domain ini terdiri dari dua bagian: bagian pertama
berupa adalah pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa kemampuan dan
keterampilan intelektual (kategori 2-6)
Pengetahuan:
Klasifikasi yang menekankan pada mengingat, apakah dengan mengungkapkan atau
mengenal kembali sesuatu yang telah pernah dipelajari dan disimpan dalam
ingatan. Pemahaman: Klasifikasi ini menekankan pada pengubahan informasi
ke bentuk yang lebih mudah dipahami. Penerapan: Menggunakan abstraksi
pada situasi tertentu dan konkrit. Tekanannya adalah untuk memecahkan suatu
masalah. Analisis: Memilah informasi ke dalam satuan-satuan bagian yang
lebih rinci sehingga dapat dikenali fungsinya, kaitannya dengan bagian yang
lebih besar, serta organisasi keseluruhan bagian. Sintesis: Penyatuan
bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru dan unik. Penilaian:
Pertimbangan-pertimbangan tentang nilai dari sesuatu untuk tujuan tertentu.
e. Teori Belajar Gestal
Gestal berasal dari bahasa Jerman yang berarti
konfigurasi. Aliran ini berpendapat
bahwa kita mengalami dunia secara menyeluruh dan bermakna. Kita tidak melihat stimuli yang
terpisah-pisah namun stimuli itu dikelompokkan bersama (diorganisasikan) ke
dalam satu konfigurasi yang bermakna.
Pandangan Gestaltis adalah keseluruhan itu berbeda dari penjumlahan
bagian-bagian atau membagi-bagi berarti mendistorsi.
a.1. Max Wertheimer: phi phhenomena
Max Wertheimer dikenal sebagai Bapak Gestal
pertama. Teorinya yang terkenal mengani Phi
Phenomena, yaitu pengalaman fenomenologis yaitu perbedaan dari
bagian-bagian yang menysun pengalaman tersebut. Menurut Max jika mata malihat
stimuli dengan cara tertentu, penglihatan itu akan memberi ilusi gerakan,
seperti lampu kedap kedip akan memberi ilusi seperti berjalan.
a.2. Kurt Lewin: Teori Medan
Psikologi Gestal berusaha mengaplikasikan filed
theory (teori medan) dari fisika ke problem psikologi. Secara umum medan dapat dideskripsikan
sebagai sistem yang saling terkait secara dinamis, di mana setiaop bagiannya
saling mempengaruhi satu sama lain. Psikologi
Gestal percaya bahwa apapun yang terjadi
pada diri seseorang akan mempengaruhi segala sesuatu yang lain dalam diri orang
itu. Misalnya, dunia akan tampak berbeda
bagi seseorang yang jempolnya kejepit pintu atau sakit mencret, penekanannya
tetap pada keseluruhan bagian, bukan bagian-bagian.
a.3. Wolfgan Kohler: The Mentality of Apes
Menurut Kohler belajar adalah fenomena
kognitif. Organisme mulai melihat solusi
setelah memikirkan problem. Pembelajar memikirkan semua unsur yang dibutuhkan untuk
memecahkan problem dan menempatkannya bersama (secara kognitif) dalam satu cara
dan kemudian ke cara-cara lainnya sampai problem terpecahkan.Untuk
menguji gagasan tentang belajar ini, Kohler menggunakan sejumlah eksperimen
kreatif. Satu percobaan adalah problem
memecahkan jalan memutar di mana hewan dapat melihat tujuannya dengan jelas
tetapi tidak bisa mencapainya langsung.
Hewan itu harus memutar dan mengambil jalur lain untuk mendapatkan obyek
yang diinginkannya. Kohler menemukan
bahwa ayam amat berkesulitan mendapatkan solusi, tetapi monyet bisa
memecahkannya dengan reatif murah.
Percobaan kedua, Kohler mengharuskan organisme
menggunakan alat untuk menjangkau obyek yang diinginkannya. Misalnya sebuah pisang diletakkan di luar
jangakaun monyet sehinngga monyet harus mengguakan tongkat untuk menggapainya
atau menggunakan dua tingkat agar cukup panjang untuk menjangkaunya. Dalam masing-masing kasus ternya hewan tsb
memiliki semua unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
Step-1
Simpanse dimasukkan sangkar dan di luar
sangkar diletakkan pisang yang tidak akan mungkin dapat diraih jika hanya
dengan tangan kosong. Dalam sangkar tersebut diletakkan tongkat, sehingga lama
kelamaan simpanse dapat meraih pisang tersebut dengan bantuan tongkat.
Step-2
Sama dengan step-1, namun kali ini pisang
diletakkan lebih jauh. Selain tongkat tadi diberikan tongkat tambahan yang
dapat disambung. Dengan insight yang dimiliki, maka simpanse dapat
meraih pisang tadi dengan bantuan tongkat yang disambung dengan tongkat kedua.
Step-3
Pisang diletakkan di atas sangkar dengan
asumsi simpanse tidak akan dapat meraih dengan tinggi loncatnya. Lalu di sudut
ruangan disediakan kotak, sehingga dengan kotak itu simpanse dapat meraih
pisang.
Step-4
Sama dengan step-3, hanya jaraknya diperjauh
dan disediakan kotak tambahan, sehingga simpanse dapat meraih pisang dengan
bantuan kotak tambahan tersebut.
a.4. Kurt Koffka: Memory Trace: Teori Jejak Memori
Koffka berusaha menghubungkan masa lalu dan masa sekarang dengan jejak
memori. Menurutnya, pengalaman saat ini
akan membangkitkan apa yang sesebut sebagi memory proses, ketika proses
berhenti, jejak dari efeknya akan tertinggal di otak. Jejak ini, pada gilirannya, akan mempengaruhi
semua proses serupa yang terjadi si masa depan.
Jika seseorang mendefenisikan belajar sebagai modifikasi potensi
perilaku yang berasal dari pegalaman, maka setiap pemunculan proses ini dapat
dilihat sebagai pengalaman belajar
3. Proses Pengolahan Informasi
Telah dikemukaan sebelumnya bahwa penganut teori
belajar kognitif berpendapat bahwa perilaku yang tidak dapat diamati pun dapat
dipelajari secara ilmiah. Sebagian besar
dari mereka ini terutama teratrik pada teori yang disebut teori pemrosesan
informasi.
Teori pemroses informasi
Model pemrosesan informasi dapat digambarkan
sebagai kumpulan kotak yang dihubungkan dengan garis-garis. Kotak-kotak itu menggambarkan fungsi-fungsi
atau keadaan sistem, dan garis-garis menggambarkan transformasi yang terjadi
dari stau keadaan ke keadaan lainnya. Suatu model pemrosesan informasi
diperlihatkan dalam gambar
Dalam model ini, informasi dalam bentuk energi
fisik tertentu (sinar untuk bahan tertulis, bunyi untuk ucapan, tekanan untuk
sentuhan,dan lain-lain) diterima oleh reseptor yang peka terhadap eenergi dalam
bentuk-bentuk tertentu itu.
Reseptor-reseptor itu mengirimkan tanda-tanda dalam bentuk impuls-impuls
elektrokimia ke otak. Jadi tranformasi
pertama yang dialami informasi ialah dari berbagai bentuk energi ke satu bentuk
yang sama.
Impuls-ilmpluls saraf dari reseptor masuk ke suatu
registor pengindraan yang terdapat dalam sistem saraf pusat. Informasi penginderaan disimpan dalam sistem
saraf pusat selama waktu yang sangat
singkat; menurut Serling (1960), hanya selama seperempat detik. Dari seluruh informasi yang masuk ini,
sebagian kecil yang disimpan untuk selanjutnya diteruskan ke memori jangka
pendek, sedangkan selebihnya hilang dari sistem. Proses reduksi ini disebut persepsi
selektif.
Memori jangka pendek secara kasar dapat disamakan
dengan kesadaran. Artinya, apa yang kita
sadari pada suatu waktu, dikatakan terdapat pada memori jangka pendek
kita. Memori ini disebut jangka pendek
sebab informasi keluar dari memori jangak pendek ini kira-kira 10 detik, kecuali
kalau informasi itu diulang-ulang. Bila kita mencari nomor telepon manual misalnya,
nomor-nomor tersebut akan lupa waktu
kita berjalan dari buku telepon ke pesawat telepon
Bukan hanya memori jangka pendek yang pendek,
tetapi kapasitasnya pun terbatas. Oleh
karena itu, memori jangka pendek kerap kali disebut bottleneck sistem pemrosesan
informasi manusia. kapasitas memori
jangka pendek yang kecil ini implikasinya penting sekali bagi pengajaran atau
instruksi pada umumnya.
Makin lama makin banyak digunakan istilah memori
kerja untuk memori jangka pendek.
Kedua istilah ini memberi penekanan pada apek-aspek yang berbeda dengan
konsep: “jangka pandek” menekankan lama bertahannya imformasi, sedangkan
“kerja” menekanan fungsinya. Memori
kerja merupakan “tempat” dilakukannya kegiatan mental secara sadar. Sebagi contoh misalnya, jika kita memecahkan
soal,sebenanrnya sudah ada beberapa alyernatif jawaban sementara di otak.
Informasi
Memori kerja dapat dikode, kemudian disimpan dalam
memori jangka panjang. Pengodean merupakan suatu proses transformasi,
dimana informasi baru diintegrasikan pada informasi lama dengan berbagai
cara. Memori jangka panjang menyimpan
infromasi yang akan digunakan di kemudian hari.
Berlawanan dengan memori kerja, memori jangka panjang bertahanlam a
sekali
Informasi yang telah disimpan di memori jangka
panjang bila akan digunakan lagi, harus dipanggil. Informasi yang telah dipanggil merupakan
dasar generator respons. Dalam pikiran sadar infromasi mengalir dari
memori jangka panjang ke memori jangka pendek, kemudian ke generator respon. Akan tetapi, untuk respons otomatis,
informasi mengalir langsung dari memori jangka panjang ke generator respons
selama pemanggilan.
Generator respons mengatur urutan respons dan
membimbing efektor-efektor.
Efektor-efektor meliputi semua otot dan kelenjer kita, tetapi untuk
tugas sekolah, efektor-efektor yang utama ialah tangan untuk menulis dan alat
suara untuk berbicara.
Aliran informasi dalam sistem manusia ternyata
bertujuan dan diatur oleh kotak-kotak yang disebut harapan dan kontrol
eksekutif Khususnya harapan-harapan
tentang hasil kegiatan mental mempengaruhi pemrosesan informasi, seperti
prosedur pengontrolan dan strategi-strategi mempengaruhi pencapaian
tujuan-tujuan
4. Aplikasi Kognitifinse Dalam Pendidikan Dalam
pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran,
mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran , tidak lagi mekanistik
sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan
pembelajarannya kognitif mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. siswa
bukan sebagai orang dewasa muda dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif
melalui tahap-tahap tertentu.
2. anak
usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda
kongkrit.
3.
keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran amat dipentingkan karena
hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik
4. Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengalaman atau
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimimiki oleh siswa
5.
Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks
6. Belajar
memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimilikisiswa. Tugas guru adalah
menunjukkan hubungan antara apa yag sedang dipelajari dengan apa yang telah
diketahui siswa.
7. adanya
perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berfikir,
pengetahuan awal, dan sebagainya.
8. Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran
dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
9. Prinsip ruang hidup
(life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan
dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
10. Transfer dalam
Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tata-susunan yang tepat.
III. Kesimpulan
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah
perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur. Asumsi teori
ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki sesorang.
Di antara pakar kognitif paling tidak adal ima
yang terkenal yaitu Piaget, Bruner, Ausubel, Bloom dan Gestal. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi
sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta
melalui prosesasi asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Sedangkan Brumer mengatakan bahwa belajar
terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan
bukan ditentukan oleh umur. Proses
belajar akan terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Sementara itu Ausebel mengatakan bahwa proses
belajar mengajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengetahuan baru.
Bloom menyatakan proses kognitif mengikuti tahap perkembangan, sedangkan
gestal menyatakan bahwa kognitif bukanlah bersifat parsial, tetapi bersifat
keseluruhan.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran,
mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran , tidak lagi mekanistik
sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar
belajar lebih bermakna bagi siswa.
Daftar Pustaka
John W Santrock. Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008
Ratna Wilis, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Eirlngga. 2006
B.R Hergenhahn, Mattew H.Olson, Theories Of
Learning (Teori Belajar).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010
Asri Budiningrum, Belajar
dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. 2005
http://tip.psychology.org/wertheim.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/
http://www.learningandteaching.info/learning/gestalt.htm
Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Orientasi Baru Psikologi Pendidikan Prodi PAUD PPs UNJ Februari 2012
1 komentar:
insyaallah artikel ini sangat berman faat....
Posting Komentar